Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Selingkuh Bukanlah Perkara yang Bisa Dimaklumi

Selingkuh Bukanlah Perkara yang Bisa Dimaklumi

Rasanya lucu ketika apa yang kita anggap sebagai “selamanya” ternyata hanya sementara. Dan seringkali kita membuat janji terhadap orang yang kita cintai. Misalnya, Kita membuat janji karena kita perlu merasa aman dalam menjalin hubungan. Dan berjanji adalah salah satu cara diri kita untuk memberi rasa aman terhadap diri sendiri – dan itu alami.



Sementara, juga ada ratusan cara yang bisa membuat kita kehilangan orang tercinta. Ada banyak hal pula yang mampu menghancurkan hati kita hingga berkeping-keping. Yang pasti, tak ada yang lebih menyakitkan dari sebuah perselingkuhan. Selingkuh adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dimengerti ataupun dimaklumi.

Dan jika orang yang (pernah) kamu cintai mendadak berpaling dan berpindah ke lain hati, mungkin rasanya memang tak akan pernah bisa disamakan dengan patah hati lainnya. Di titik ini kamu akan merasakan sakit yang luar biasa.

Mungkin tak pernah terlintas di kepala, bahwa orang yang paling dicinta ternyata telah mendua

Banyak orang yang mengetahui bahwa pasangan mereka mendua dari orang lain. Bisa jadi memang tidak ada yang berani untuk jujur terhadap pasangan bahwa ia telah mendua. Dan seringkali, kamu sendiri pun juga tak pernah punya niat untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kepercayaanmu terhadapnya sudah membuatmu untuk tidak mencampuri urusan pasangan sedetil mungkin.

Mendengar kenyataan bahwa pasanganmu mendua dari orang lain mungkin akan menjadi susah bagimu untuk menerima kenyataan yang ada. Bahkan tak jarang kamu juga nggak terlalu mempedulikan omongan teman-temanmu yang (sudah jelas) tahu keburukan pasanganmu di luar sana. Dan pikiran buruk mengenai teman-teman yang hanya ingin merusak hubunganmu pun mungkin sempat terpikirkan olehmu.

Kenyataan memang kadang terjadi tak sesuai harapan. Perselingkuhan pasangan menjadikan duniamu hancur berantakan

Tanah tempatmu berpijak mendadak tak lagi sekeras biasanya, dan kamu jatuh terjerembab ke dalam lubang, tak tahu harus berpegang pada apa. Jika ia benar-benar mendua, pikirkanlah satu hal ini; ia telah menunjukkan dirinya yang sebenarnya ke hadapanmu, tentang dirinya yang memang tak akan pernah cukup baik untuk menjaga perasaanmu. Karena memang itu inti dari sebuah hubungan, bukan? Kalian saling memperbaiki diri dan berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk satu sama lain. Namun jika ia saja berani mendua, untuk apa lagi kalian bersama

Harapan yang selama ini kamu bangun dengan hati-hati dan penuh ketulusan, tiba-tiba hilang begitu saja dan mau tidak mau kamu harus mengulang segalanya dari awal – ketika kalian belum berjumpa dan belum tahu bagaimana kehidupanmu akan berjalan tanpanya. Rasanya tak perlu digambarkan lagi bagaimana sakitnya hatimu kala itu. Karena ia yang selama ini kamu percaya tiba-tiba memalingkan muka.

Wajar jika kamu mulai meragukan diri sendiri, merutuki kekurangan dan mencari-cari alasan dirinya yang tega mengkhianati

Kamu pun mulai memikirkan apakah dirimu sudah tak sehebat dulu. Kamu berpikir bahwa dirimu memang pintar, menarik, perhatian, dan ideal bagi setiap pria. Namun kenapa ia yang kamu cinta dengan mudahnya memalingkan muka? Ia yang paling kamu percaya lebih memilih orang lain dan membuangmu ke sudut hati yang paling tak pernah kau temui. Kata maaf yang terucap darinya pun rasanya tak cukup untuk membuatmu merasa lebih baik karena telah dikhianati.

Pemikiran bahwa kamu tak cukup baik baginya – sehingga dicampakkan begitu saja seakan membuka mata bahwa kamulah yang sebenarnya menjadi masalah. Dan kamu mulai percaya bahwa kamu tak cukup baik dan pantas untuk memulai hubungan dengan pria baru. Setiap malam hanya kamu isi dengan renungan tentang apa yang pernah kamu lakukan sehingga membuatnya berpaling ke lain hati. Padahal kenyataannya hanya ialah yang memang tak bisa menjaga kepercayaan. Pertanyaan yang paling menghantuimu adalah;

Tapi wajahnya yang menunjukkan penyesalan mendalam memang bisa meluluhkan. Kamu pun dihadapkan pada dilema antara memaafkan atau meninggalkan

Rasa cinta yang ada seringkali membuat kita lupa diri terhadap apa yang sebenarnya terjadi. Fakta bahwa ia tak setia memang sungguh mampu menorehkan luka, namun melihat wajahnya yang penuh penyesalan rasanya tak mampu bagi hati ini untuk mengakhiri. Berbagai kemungkinan memang sering menghantui, dan sekali rasa percaya itu ternodai nampaknya susah bagi kita untuk kembali meyakini. Kebimbangan tak kunjung pergi, dan mungkin sudah saatnya bagimu untuk memutuskan hubungan secara dewasa.

Memilih putus bisa jadi keputusan yang paling menenangkan. Toh komitmen yang sudah dikhianati memang tak layak diperjuangkan

Setelah beberapa bulan ditelan penderitaan, kamu pun memutuskan untuk kembali menata hati. Bukan untuk mencari pengganti, namun lebih kepada memperbaiki diri. Mungkin ia berpaling karena memang ada yang kurang dari dirimu sehingga mau tak mau ia memilih penggantimu. Bagian paling menyiksa sudah jelas merelakannya pergi bersanding dengan yang lain. Hanya karena ia mendua bukan berarti cintamu untuknya berhenti begitu saja. Selalu saja ada jejak-jejak cinta darinya yang tertinggal di hatimu yang mungkin tak akan pernah terganti.

Jika kamu mencintai seseorang, moving on memang tak akan pernah mudah. Mungkin untuk dilakukan, namun (jelas) tak akan pernah semudah jatuh cinta. Namun sakit hati yang kamu rasakan akan selalu mampu untuk mengingatkanmu di kemudian hari tentang bagaimana ia memperlakukanmu. Sehingga kamu akan lebih berhati-hati jika menjalin hubungan dengan pria baru.
Memiliki pasangan yang tidak setia mungkin akan selalu meninggalkan luka, namun tetap saja kita harus tetap berjalan dengan atau tanpanya. Karena dirimu pantas untuk mendapatkan seseorang yang berharga, dan tak akan membuatmu terluka nantinya. Perselingkuhan bukan perkara yang bisa ditawar-tawar. Bagi sebagian besar wanita dan pria di luar sana, pasangan yang selingkuh memang layak ditinggalkan.
Open Comments

Posting Komentar untuk "Selingkuh Bukanlah Perkara yang Bisa Dimaklumi "